The Bitches V
Dari bagian 4
Bu Retno nampak sangat binal. Dia berjongkok dengan sedikit mendongak
menghadap celana dalam yang membungkus kemaluan Surti. Kemudian kulihat
Bu Retno tampak seperti anak sapi yang menyusu puting induknya. Pasti
hidungnya sedang berusaha menghirup sebanyak-banyaknya aromaa celana
dalam tersebut. Terdengar desahan dan rintihan dari mulut-mulut mereka.
Tangan Surti mengelus rambut Bu Retno. Mereka sedemikian asyiknya,
seakan aku tidak hadir di ruangan itu. Adegan yang sekarang kulihat ini
merupakan peristiwa pertama bagiku, dimana ada 2 perempuan bercumbu
langsung di depan mataku. Aku ingin tahu, bagaimana kelanjutannya
nanti. Dan merupakan hal yang sangat erotis bagiku untuk melihat dan
mendengar desahan dan rintihan mereka dalam mengarungi lautan nikmat
yang sedang melanda mereka saat ini.
Setelah cukup puas, Bu Retno bangkit dan kembali menciumi leher dan
melumat mulut Surti. Kemudian pelan-pelan mereka bergeser ke ranjang.
Kemudian aku menepi. Saat tiba di tepi ranjang, Surti menjatuhkan diri
telentang di ranjang. Dia nampak bersikap pasif untuk melayani Bu Retno
selaku dominatornya. Kulihat bagaimana binalnya Bu Retno merangsek
selangkangan Surti. Seperti halnya serigala yang lapar, mulut sang
putri ayu yang ningrat itu menggeram-geram karena khawatir makanannya
di rebut serigala lain. Dan Surti sendiri dengan cepat meraih bantal
dan tepian ranjang untuk diremasnya dalam upaya menahan nikmat yang
melandanya.
Aku semakin tidak tahan mendengar desahan dan rintihan pilu tapi
sekaligus erotis mereka. Kedengarannya mereka sedang tersiksa dan penuh
derita. Aku jadi tergoda untuk mendekati Surti. Kuperhatikan wajahnya
membalik ke arah "back drop" tempat tidur sambil menyeringai
mengeluarkan rintihannya. Lehernya yang jenjang itu, nampak bersih
mulus mengundang bibirku. Aku menelan air liurku. Buah dadanya yang
bulat, besar dan sangat ranum tergoncang-goncang karena geliat
blingsatannya dalam menahan kegatalan nonoknya dalam lumatan Bu Retno.
Kulihat tangan Bu Retno menyingkap pinggiran celana dalam Surti dan
lidahnya menjilati bibir vagina dan klitorisnya. Begitu nikmat
nampaknya. Dan aku sangat merinding melihat ulah Bu Retno ini.
Aku mulai terseret dalam arus gelora birahi mereka. Aku kembali
melihat wajah Surti yang tengadah dengan bibirnya yang terus
mengeluarkan desahan dan rintihan. Dengan melihat bibir yang
menggairahkannya itu, aku terdorong untuk mendekatkan wajahku. Dan
kuputuskan untuk ikut 'nimbrung' dengan mereka. Kujemput bibirnya dan
segera kulumat.
Surti langsung menerimanya dan merespons lumatanku dengan penuh
kehausan. Mungkin dia memang telah menunggunya dari tadi. Aku kini ikut
mengerang. Tanganku bertemu dengan tangan Bu Retno yang sama-sama
meremas buah dada Surti. Jari-jariku, juga jari-jari Bu Retno memainkan
puting-puting payudara Surti.
Kini ada 3 perempuan yang sama-sama mengayuh nafsu birahi di ranjang Bu Retno.
"Ludahi aku Mbak Mar.., ludahi aku.., tolong Mbak Mar.., aku hauss.., tolong..", Surti meracau kehausan birahi.
Bibirku bergeser melumat lehernya yang jenjang itu. Kepalanya yang
masih mendongak ke "back drop" ranjang membuatnya lehernya yang jenjang
demikian terbuka. Bibir dan lidahku menyisir seluruh lekukan dan
lipatan-lipatan leher indah itu. Harum leher Surti yang alami dengan
semburat parfumnya terus terbawa hingga tidurku selama ini.
Aku kemudian bergesar ke dadanya. Berebut dengan tangan Bu Retno,
aku mencium buah dada Surti dengan penuh perasaan birahiku. Buah dada
Surti juga menebarkan aroma alami serta berbaur lembut dengan aroma
parfumnya. Aku mengisap-isap setiap milimeter buah dada ranum itu
seakan ingin memindahkan sisa keringatnya ke lidahku. Aku kulum
puting-putingnya.
Surti terus meracau kehausan birahi. Aku beringsut menuju ketiaknya
yang terbuka karena tangannya ke atas dan kepalanya meremasi bantal dan
tepian ranjang. Aku sangat ketagihan bau ketiak seperti ini. Semburat
bau bawang dari keringatnya bercampur dengan aroma pewangi di
ketiaknya. Aku serasa tak ingin pergi dari lembah indah nan sensual
milik Surti ini. Bermenit-menit aku asyik masyuk dalam ciuman dan
jilatan pada ketiaknya. Kali ini tangan Surti dengan paksa meraih
kepalaku untuk dipagutnya. Aku mengikutinya dengan kepasrahan nikmat.
Surti dengan penuh kehausan melumat dan mengisap ludahku.
"Mbak Marini, aku sangat haus Mbak.., tolong Mbak..", dia berbisik padaku kemudian mengangakan mulutnya.
Aku tidak tega akan permintaannya yang sedari tadi terus dia
rintihkan. Aku mengumpulkan air liurku ke bibirku. Kuludahi mulut Surti
yang segera mengenyam-enyamnya dan menelannya. Dia benar-benar
kehausan. Beberapa gumpalan air liur dari bibirku kuludahkan ke
mulutnya, hingga Surti tenang. Sementara itu rangsekan mulut Bu Retno
di kemaluan Surti belum kunjung berhenti juga. Surti menjambak rambut
Bu Retno dan menariknya ke mulutnya, kembali dia membisikkan hal yang
sama seperti pada permintaannya padaku sebelumnya.
Mungkin Bu Retno sudah terbiasa dengan permintaan Surti ini.
Berkali-kali dia mengumpulkan ludah di bibirnya dan kemudian
diludahkannya ke mulut Surti. Aku melihat pemandangan yang sungguh luar
biasa itu. Tidak tahu dari mana asalnya, tiba-tiba tangan Bu Retno
telah menggenggam dildo yang telah siap dimasukkannya ke lubang vagina
Surti. Aku dimintanya membantu mengarahkan tongkat kenikmatan itu ke
lubangnya. Wow, aku kini melihat sebuah "close up" dari vagina Surti
yang telah memberikan kenikmatan baik padaku maupun Bu Retno.
Dengan sedikit jembut di vaginanya, kemaluan Surti sungguh sangat
ranum. Bibir-bibirnya yang menggumpal padat saat dilanda birahi, nampak
kencang dan getas hingga pasti akan membuat setiap lelaki ingin segera
menyetubuhinya. Dan kelentitnya itu, sangat merangsang. Lidahku tak
bosan-bosannya mengulum dan melumatnya. Kini tanganku telah siap
menusukkan dildo berkepala 2 itu ke kemaluan Surti. Kulekatkan salah
ujung kepalanya ke bibir vagina Surti, kemudian kutekan.
Surti menjerit nikmat, "Aacchh, Mbakk.., terusin, Mbaak..".
Dengan berlumuran lendir lengket cairan birahi Surti, dildo di
tanganku pelan-pelan amblas ditelan vagina Surti. Kemudian aku mencoba
memompakannya. Kulihat mata Surti terpejam-pejam menikmati tusukan dan
pompaanku sambil tangannya lebih meremas dan menjambak rambut Bu Retno
yang masih terus asyik melumat buah dada Surti. Nampaknya antara Bu
Retno dan aku sejalan seperasaan. Bu Retno dan aku ingin agar Surti
segera meraih kepuasan birahinya. Dan rasanya hal itu juga sangat
diinginkan oleh Surti sendiri.
Saat pompaan dildo di tanganku menembus memeknya, Surti mulai histeris mengangkat-angkat pantatnya menjemput batang nikmat itu.
"Terus Mbak Maar.., cepat lagi, Mbaakk.., teruusshh..", Surti meracau.
Aku mempercepat pompaanku. Seperti layaknya perempuan yang hendak
melahirkan, tangan Surti memegang kisi-kisi ranjang di belakang
kepalanya dengan wajahnya yang menyeringai menahan kenikmatan gatal
birahi di seluruh tubuhnya.
Bu Retno terus secara intensif melumat-lumat buah dada, puting dan
mencengkeram ketiak Surti. Sementara pompaanku tak juga mengendor,
bahkan semakin cepat.
Dan tak ayal lagi, dengan teriakan tertahan karena takut akan
kegaduhan yang ditimbulkannya, kulihat dalam jarak dekat, cairan vagina
Surti menyemprot berceceran mengalir keluar terbawa oleh batang tongkat
dildo yang keluar masuk kupompakan ke dalam vaginanya. Bu Retno dan aku
langsung ikut terseret dalam arus birahi Surti. Kami ikut menyala
terbakar. Bu Retno menunjukkan kekuasaanya dalam ruangan sempit
kamarnya itu. Direnggutnya dildo dari tanganku. Dicabutnya dari lubang
vagina Surti kemudian dikulum-kulumnya. Mulutnya menyedot lendir Surti
yang masih menempel di batang nikmat itu. Kemudian disodorkannya
kembali mulutnya ke vagina Surti yang sedang kebanjiran cairan
birahinya. Dengan penuh kerakusan, Bu Retno menjilat dan menyedot serta
meminum seluruh cairan itu.
Aku sebenarnya juga sangat ingin bertindak seperti Bu Retno. Sejak
aku memompakan dildo ke kemaluan Surti tadi, aku sudah membayangkan
menyedot cairan Surti langsung dari lubangnya. Tetapi, Bu Retno lebih
berkuasa. Aku hanya dapat menelan air liurku melihat kerakusannya.
Tetapi sementara itu, justru aku merasa mendapat 'kompensasi' saat
melihat pantat Bu Retno yang menungging dengan indahnya. Kulihat
anusnya yang masih kuncup, dilingkari garis-garis tipis hingga ke titik
pusatnya. Dan tak jauh dari itu, tepat di bawahnya, kulihat nonoknya
yang merekah tembem di hiasi jembut-jembut tipisnya.
Seperti tertarik medan magnit yang sangat kuat, aku langsung
menubruk pantat Bu Retno. Kujilati anal, nonok dan sekelilingnya.
Kupuas-puaskan lidah dan bibirku menciumi anal Bu Retno yang wangi itu.
Hidungku mengendusi aroma yang khas dari analnya. Rupanya aku tidak
dapat berlama-lama menggeluti anal Bu Retno.
"Tolong Jeng.., Jeng Marinii.., tolong.., masukin dildo ke nonokku.., ayoo Jeng.."
Sekali lagi aku tak bisa menolak permintaan nyonya boss besar ini.
Rupanya dalam keasyikan menyedot cairan birahi dari vagina Surti itu,
nafsu Bu Retno kembali melonjak. Kemudian jilatanku pada anal dan
vaginanya bahkan mendongkraknya lebih jauh lagi.
Aku harus puas dengan apa yang sudah kuraih. Kusambut dildo dari
tangan Bu Retno. Dengan tetap menungging sambil tetap menjilati cairan
vagina Surti, memek Bu Retno kutusuk dengan dildo besar panjang itu.
Dia menjerit kecil saat kepala dildo itu berhasil menembus gerbang
vaginanya. Kemudian kupompa sedikit demi sedikit, hingga separuh dildo
panjang itu terlahap habis ke mulut rahim dalam vagina Bu Retno.
"Ampun nikmatnya Jeng.., nikmat sekali Jeng.., terusshh.."
Kini Bu Retno menghentikan jilatan pada vagina Surti. Dengan kedua
tangannya yang bertumpu pada kasur, dia gerakkan maju mundur pantatnya
dalam upaya menjemput dildo di tanganku yang memompa vaginanya.
Mendengar rintihan haus dan pilu serta erotis dari mulut Bu Retno,
Surti yang baru saja meraih orgasmenya bangkit membantu Bu Retno dalam
bisikan erotis di telinganya.
"Enak ya, Bu.., seperti kontol Basri ya Buu..", aku lebih terkejut lagi.
Tenyata serigala-serigala betina ini juga telah menikmati besarnya
kontol Basri si Satpam itu. Kurang ajar. Tetapi biarlah, terbukti bahwa
aku tidak sendirian kini, aku bahkan kini tersenyum. Dan tak urung aku
juga mulai kegatalan lagi. Melihat apa yang tengah berlangsung, Bu
Retno begitu menghayati dildonya dan membayangkan kontol Basri, nafasku
kini memburu. Aku ingin berkesempatan sekali lagi meraih orgasmeku.
Kukocok-kocokkan jari-jariku ke lubang kemaluanku hingga mulutku
mendesah dan meracau ramai.
"Iya Buu.., kontol Basri itu gedee dan enak Buu..".
Mungkin karena desahan dan racauanku, Bu Retno semakin mempercepat
gerakan pantatnya untuk menjemput dildo di tanganku. Dan melihatku yang
juga telah ikut terseret dalam nafsu menggebu, Surti segera mengambil
alih. Pompaan dildo di kemaluan Bu Retno dipercepatnya hingga Bu Retno
menggelepar-gelepar, memegang keras-keras tangan Surti agar lebih
mempercepat dan memperdalam tusukan dildonya dan akhirnya Bu Retno
kembali mendapatkan orgasmenya, demikian pula aku. Begitu Bu Retno
menumpahkan cairannya yang mengalir keluar dari nonoknya, dan begitu
dipikirnya tugas dildo dalam vaginanya telah usai, Surti melepasnya
keluar.
Ke bagian 6
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2176